Jumat, 15 Mei 2020

Serunya Menjadi Mentee Berkisah dan Mentor Pure Heart Sekaligus

Assalamualaikum ibu-ibu pembelajar...

Bagi para pecinta ilmu, kadang perjalanan mencari ilmu bisa jadi melelahkan dan membosankan. Cara kreatif dari tim ibu profesional di kelas kupu-kupu saat ini sangat menantang. Kami semua diminta untuk jadi mentee dan mentor sekaligus.

Selama 8 minggu bersama mentee dan mentor yang sama. Bosan ga tuh? Tergantung cara masing-masing. Tapi saya tidak jenuh loh. Malah overload happiness. Bahagiaa sekalii. Bagaimana tidak? Saya mendapat mentor dengan bidang yang sesuai mindmap yakni berkisah untuk anak. Serta mendapat mentee untuk belajar tentang cara mengatasi masalah secara Islami.

Di minggu kedua ini kami menentukan tujuan selama program mentorship.
1. Sebagai mentee saya bertujuan untuk membuat kurikulum berkisah untuk anak,
2. Sebagai mentor saya bertujuan membantu mentee menemukan caranya sendiri untuk menghidupkan ruh, tak sekedar hidup untuk raga.

Assessment diri sendiri yakni saya menilai tingkat keahlian yang sedang saya asah saat ini menurut saya pribadi seperti apa, apakah pemula baru mulai belajar, apakah selama ini sudah mendalami dan ingin menambah jam terbang, atau saat ini sedang ingin mempelajari teknik tertentu di keahlian tersebut. Jadi sebagai mentee berkisah saya termasuk sudah mendalami dan perlu mengasah jam terbang. Sejak anak usia 2 tahun saya sudah membacakan kisah padanya. Saya juga mengikuti pelatihan dan training berkisah yang diadakan komunitas cinta anak dan komunitas pengkisah nasional. Selain itu saya mengoleksi buku-buku cerita anak. Serta berencana menjadi penulis kisah, modalnya sudah bergaul dengan para penulis dan editor dari beberapa penerbit mayor.

Selanjutnya yang akan saya lakukan sebagai mentee berkisah yaitu:
a. Membuat jadwal berkisah secara teratur setiap hari,
b. Lebih banyak membaca siroh nabawiyah sebagai bekal berkisah tanpa buku,
c. Membuat komunitas berkisah di lingkungan terdekat,
d. Menulis naskah untuk diterbitkan.


Kemudian assessment diri sebagai mentor, saya berpengalaman selama lebih dari 6 tahun menjalani rumah tangga yang dianugerahi banyak hal untuk disabari dan disyukuri. Meski akhirnya kandas, saya merasa tidak gagal dalam mempertahankan bahtera sebab standarnya adalah iman dan taqwa. Semua sudah sesuai dengan syariat Islam. Ketetapan Allah lah yang menentukan takdir saya menjadi singleparent. Ya gapapa. Yang menentukan seseorang itu baik di mata Allah bukan statusnya, single, menikah, duda, janda, anak, muda, tua, atau pekerja. Standar dari Allah cuma satu, tak bisa ditawar dan digugat yakni taqwa.

Sudah berapa lama kita hidup? Sudah sehidup apa ruh kita? Selama ini lebih banyak mana waktu untuk menghidupkan ruh daripada raga yang sifatnya sementara? Jika berhasil menjawab pertanyaan ini semua, insyaAllah kita akan menjadi hamba yang 100% menghamba. Menerima Qada' dan Qadar-Nya sepenuh cinta. Tidak ada lagi pikiran sempit yang mempertanyakan, "Mengapa ini terjadi padaku". Hei! Jika sudah menjadi kehendakNya siapa kita berani menyangsikan. Siapa diri ini di hadapan Sang Rabb Pencipta Penguasa Seluruh Alam? Yakin, pasti itulah yang terbaik. Tinggal bagaimana kita memetik hikmah dan mengambil pelajaran.

Selanjutnya sebagai mentor yang baik, saya akan berusaha membantu mentee menemukan cara yang tepat untuk lebih mengenal diri sebagai hambaNya. Sehingga ia bisa menghadapi berbagai permasalahan. Menemukan ketenangan jiwa melalui tarbiyah yang berkelanjutan. Serta mengenal teladan terbaik Nabi Muhammad SAW dan pemimpin wanita surga Fatimah Azzahra. Sungguh segala yang kita hadapi saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan keduanya. Jangan sedih berlebihan, justru kejatuhanmu adalah saat berharga untuk menghapus harap pada manusia dan dunia. Jadikan musibah sebagai sarana pembuktian bahwa kita adalah penjuang cinta Allah dengan cara sabar, tenang, ikhlas menerima ketentuanNya. Alhamdulillah for everything.


Oh iya hampir lupa, soal video call pertama kali dengan mentor dan mentee saya secara personal. Berkesan. Biasanya hanya chat di facebook messanger. Akhirnya kami bisa bersua lewat video. Meski ada gangguan sinyal yang kadang membuat suara putus-putus dan gambar jadi blur. Tapi akhirnya kami bisa saling memandang, melihat auranya, gesture tubuh, dan susananya memang berbeda. Alhamdulillah semuanya terjadi antara wanita. Semakin cinta dengan institut ibu profesional.

#InstitutIbuProfesional
#jurnalminggukedua
#kelaskupukupu
#bundacekatan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masterminds dan False Celebration