Jumat, 08 Mei 2020

Jurnal Kelas Kupu-kupu Buncek 1

Assalamualaikum ibu-ibu pembelajar...

Alhamdulillah minggu ini saya masuk di tahap terakhir dari program bunda cekatan. Setelah kelas kepompong usai, sekarang mulai menjadi kupu-kupu. Belajar mengepakkan sayap untuk pertama kalinya. Caranya yaitu dengan dobel tugas menjadi mentee dan mentor sekaligus. Dalam waktu yang bersamaan.

Sekitar 1500 mahasiswi berebut posisi menjadi mentee. Tidak sulit. Semua bisa mendapatkan mentor dambaannya. Tapi bagaimana dengan menjadi mentor? Rupanya tidak semua dapat kesempatan itu. Banyak mentor punya lebih dari satu mentee. Otomatis banyak mahasiswi hanya kebagian peran jadi mentee tanpa kesempatan jadi mentor. Yah mau bagaimana lagi, jodoh telah habis. Kenyataan harus berdamai dengan diri sendiri. Menerima untuk saat ini jadi mentee saja, itulah yang terbaik.

Saya termasuk beruntung punya dobel peran. Awalnya merasa kemaruk ingin jadi mentee di beberapa bidang. Punya mentor lebih dari satu. Oh rupanya harus pilih satu. Jadi saya mantapkan hati memilih mentorship tentang Berkisah untuk membentuk karakter anak. Mentor saya yaitu mba Roza Sunita dari Pekanbaru.

Separuh AlQuran adalah kisah. Allah mengajarkan ilmu kepada manusia lewat kisah. Sebagai seorang ibu sepatutnya kita meniru caraNya ini. Mendidik anak dengan kisah teladan. Membicarakan Nabi dan Rasul. Orang-orang shalih, ulama terdahulu. Cara hidup yang sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Berkali-kali saya menyampaikan pada anak agar tidak meniru saya, tapi contohlah Nabi yang kisahnya selalu kami bincangkan. Saya tentu banyak sekali kekurangan, sehingga tidak layak ditiru.

Peran sebagai mentor berjalan sangat indah. Buddy saya yang lalu di kelas kepompong mengajukan diri sebagai mentee, mb Istyari Fitria dari Lamongan. Ditambah satu lagi mb Putri Rizki Arlita dari Garut. Saya menawarkan mentorship tentang cara menyikapi masalah rumah tangga berdasarkan syariat. Sebuah cara mengatasi persoalan tanpa melibatkan perasaan dan logika berlebihan.

Wanita muslimah itu beda dari wanita pada umumnya. Mereka ada yang mengedepankan perasaan dan ada yang memaksakan logika. Nah muslimah tidak bergantung pada itu semua. Begini, perasaan dan logika kita sempit dan terbatas. Belum tentu benar. Malah seringkali berlebihan. Kita tidak bisa klaim segala yang ada di pikiran adalah nyata sebelum konfirmasi kesana kemari. Maka sudah seharusnya kita tidak bertindak berdasarkan perasaan dan logika, tapi pakai syariat. Pasti benar dan pasti sempurna. Meski hati terluka, namun ada sisi lega sebab berusaha taat padaNya. Siapa yang patuh akan dibalas dengan cinta dan bahagia. Siapa yang tak ingin mendapat ridhoNya? Dia yang tidak pernah ingkar, Maha Indah, Maha Cinta.

Inti tujuan dari kedua mentee saya yaitu ingin mempelajari cara agar lebih bijak dalam mengatasi persoalan rumah tangganya masing-masing. Tentu masalah yang dihadapi berbeda. Sehingga personal chatting dengan pendekatan personal lewat fb messanger berperan disini. Semoga saya bisa menjadi mentor yang baik.

#jurnalkupukupu
#institutibuprofesional
#bundacekatan
#mentordanmentee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masterminds dan False Celebration