Setelah minggu lalu berkutat dengan pencarian ilmu apa yang ingin saya pelajari sendirian. Di minggu ini rasanya makin tercerahkan. Awalnya saya mengira akan berjuang sendirian di hutan belantara ilmu kehidupan yang sangat luas di facebook group bunda cekatan. Oh ternyata ribuan siswa itu beberapa memiliki minat yang sama. Luar biasa penjurusannya berasa milih jurusan saat mau kuliah S1 dulu.
Apakah banyak siswa yang masih kebingungan? Nyatanya iya. Alhamdulillah saya termasuk yang lumayan pakai kacamata kuda. Fokus di parenting untuk anak saya tercinta saja. Sementara teman-teman lainnya bercerita bergabung dengan grup keluarga a, b, c kemudian keluar dan pindah grup. Nah kalau saya hanya gabung di grup wa keluarga talent mapping saja awalnya yang beranggotakan 33 orang. Kemudian tertarik ke keluarga yang parenting yang isinya 76 orang dan denah ruangannya banyak sekali. Alhamdulillah sangat nyambung dengan dua grup ini. Tapi disini saya lebih fokus ke keluarga talent mapping dulu.
Di grup ini suasana tidak ramai seperti grup buncek lainnya. Saya merasa sangat nyaman sekali. Semoga seterusnya bisa mempertahankan suasana ringkat bergizi tinggi seperti sekarang. Kami saling berkenalan, sharing pengalaman tentang TM dan workshop apa saja yang pernah diikuti. Wah banyak sekali yang sudah berkali-kali ikut seminar TM. Saya yang sangat haus TM ini disuguhi berbagai pengalaman praktek langsung oleh teman-teman. Alhamdulillah ilmu semuanya. Semoga anak saya bisa terbantu dengan adanya ibunya yang belajar TM ini.
Teringat kata pak Dodik, suami bu Septi, jika kita tak menggali minat bakat anak sejak usia dini. Yang akan terjadi ialah mereka salah jurusan, salah pekerjaan, kebingungan dengan siapa sih dirinya? Masih sibuk mencari jalan di usia dewasa. Oh betapa ruginya.
Waktu terbaik menggali minat bakat anak ialah di usia kecil. Saat kita masih bisa 24 jam bersamanya. Main bareng, ngobrol bareng, beraktivitas bareng. Coba kalau kita baru mulai di usianya yang 15 tahun? Dia sudah punya sahabat di luar, banyak tugas, dan banyak kegiatan yang tanpa kita. Apa mungkin ortu bisa melakukan observasi anaknya? Bisa tapi minim, tidak semaksimal saat usia kecilnya.
Kesimpulannya selama ini saya yang dulu pernah galau dengan profesi ibu rumah tangga ini. Sekarang sangat bersyukur sebab saya lah orang yang sangat mengerti dan mengingat apa saja yang pernah anak saya ucap dan lalui. Saya sangat tahu apa ia sukai dan tidak sukai. Saya mencatat kekuatan dan kelemahannya. Saya menyimpan semua foto, video, dokumentasi pencapaiannya di sekolah, lingkungan, rumah, dan semua. Alhamdulillah. Berarti saya tidak sekedar ibu, tapi juga konsultan talent mapping untuk anak saya.
Selanjutnya saya berencana akan membuat portofolio anak saya dengan rapi. Dituliskan, dibukukan, dan dipresentasikan saat dibutuhkan. Saat ini ia adalah anak aktif sehat ceria penuh semangat dan bercita-cita membuat kendaraan masa depan. Sedangkan hobinya ialah bela diri dan kegiatan fisik. Fasilitas yang saya berikan ialah les robotik, karate, dan gymnastic. Tempat les, sekolahan, dan ngaji merupakan partner saya untuk memetakan minat bakat anak. Mereka akan menjadi tempat bertanya saya bagaimana adab, perilaku, dan kecerdasan anak dalam bersosialisasi dan belajar di luar rumah. Sekolah tidak akan menjadi pabrik penyeragaman anak lagi, tapi jadi partner. Penentunya adalah orangtua. Wah benar-benar perfect. Semua anak adalah bintang bagi dunianya. Tinggal orangtuanya memantaskan diri untuk mendampingi bintang itu supaya bersinar, tidak meredup, apalagi mati. Semangat moms!
Semangat Bunda :-)
BalasHapusInsyaAllah kita bisa Bund :)
Hapus