Selasa, 06 Juli 2021

Jurnal Pertama di Kelas Bunda Salihah

 Assalamualaikum bunda salihah

Bismillahirrohmanirrohim hari ini saya kembali menulis di blog ini setelah post terakhir tentang wisuda di kelas bunda produktif beberapa bulan lalu. Sedikit tersentak oleh kesadaran: hei kamu baru posting jika disuruh! bukan oleh keinginan pribadi. Tapi bagaimana pun juga saya harus sadari kemampuan diri tak mungkin aktif di semua platform sosial media. Bukankah media itu terlampau beragam adanya? Kita tidak hidup untuk dunia maya. Kehadiran seorang ibu lebih dibutuhkan oleh dunia nyata. Karenanya cukup fokuskan beberapa platform saja untuk berbagi. Misal saya lebih suka instagram dan whatsapp dibanding apps lainnya.

Bercerita tentang kelas-kelas sebelumnya di institutu ibu profesional. Secara garis besar, tujuan seluruh kelas adalah untuk membantu para mahasiswi menggali dan mengeluarkan potensi dirinya masing-masing. Setelah bunda produktif lalu yang membahas manajemen proyek agar mahasiswi bisa mandiri dengan mindset kewirausahaan. Sekarang di kelas bunda salihah ini alhamdulillah kembali lebih menengok ke dalam diri sendiri.

Apa masalah dalam dirimu?


Dari gambar di atas terlihat yah jika mayoritas masalah saya adalah kebanyakan keinginan, impian, dan cita-cita. Semoga saja ambisi itu bukan termasuk golongan panjang angan yang dilarang oleh agama. Semoga impian itu termasuk yang diinginkan dan diridhoi olehNya pula. Sehingga dengan menyelesaikan masalah itu bisa semakin mendekatkan diri saya pada ridhoNya. Aamiin.


Sebenarnya masalah itu menjadi masalah jika kita permasalahkan. Dan masalah sejati adalah ketika kita jauh dari Allah. Hidup bergelimang harta serasa tak punya. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi kita tapi merasa sendirian. Mampu meraih berbagai penghargaan tapi rasanya kurang. Serta perasaan tidak tenang, cemas, ketakutan berlebihan, insecure, galau, kecewa, mudah marah, dan tidak puas bekepanjangan. 

Well, seminar motivasi dan training apapun tak akan mempan mengubah ketenangan hidup tanpa mendekati sang Pemilik Kehidupan. Bukankah kita ini makhluk ruhani yang berjasmani? Kita ini tak pernah mati. Wafat hanyalah tak berfungsinya jasad, sedangkan ruh akan abadi. Berpindah alam saja dari alam ruh, ke rahim, transit ke dunia, lalu sampailah di alam selanjutnya.


Oleh karena dunia ini hanya tempat transit sementara, maka saya perlu packing dulu untuk menyiapkan segala perbekalan menuju tujuan selanjutnya. Berbagai masalah yang menjauhkan diri dari tujuan harus dihadapi agar saya layak mendapat tiket vvip. Masa mau dapat gerbong ekonomi di akhirat? saya sih ogah, cukup berekonomi ria di dunia saja.

Menurut kalian apakah impian saya agak lebay? mengingat tidak ada backgorund pondokan, sudah berumur emak-emak, dan ada tugas kerumahtanggan. Solusi dari masalah saya kebanyakan membutuhkan sekolah dan fokus tinggi ala santri. Hmm tidak ada kata terlambat belajar kan? apalagi di jaman internet seperti sekarang. Semua ilmu tinggal search, klik, download, dan zoom. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Inilah era ijazah tak lagi berguna, semuanya ditentukan oleh performa dan pengakuan massa. Alhamdulillah untuk syarat terakhir tak kita perlukan sebab hanya pengakuan Dia yang kita butuhkan.


Kurang lebih 1,5 tahun belakangan saya secara intensif bergabung dengan beragam majelis ilmu yang mengajarkan cara menyelesaikan masalah di atas. Sayangnya yah begitulah proses belajar kadang tak semulus yang didambakan. Kadang semangat, kadang sekarat. Mungkin karena saya melahap terlalu banyak sampai kekenyangan. Seharusnya yang diajarkan Nabi kan dikunyah dulu pelan-pelan. Apalagi ilmu agama itu cahaya. Dari hati yang gelap dan berkarat harus direndam, digosok dan dicuci sampai bersih dulu sebelum cahaya mau masuk dan mengendap. 

Akar masalah pertama memang susah membagi waktu karena sering dikalahkan oleh nafsu pengecoh. Mau taklim masih main sama anak sehingga kurang menjaga adab belajar. Mau murojaah tapi tergoda oleh scroll media maya. Mau ibadah terhalang kewajiban rumah tangga yang tak ada habisnya. Yah begitulah sampai di akar masalah kedua yaitu malas melaksanakan amanah di awal waktu. Contohnya sekarang ini menuliskan jurnal tepat di tanggal terakhir mengumpulkan. Deadliner banget. Sok sibuk banget. Padahal jika komitmen mengerjakan di hari-hari kemarin juga bisa, tapi entah bagaimana akhirnya menunda dan membuat banyak alasan sampai akhirnya baru bikin sekarang. Alhamdulillahnya bisa memulai corat-coret template semalam, lanjut pagi tadi dan menyelesaikan dengan sempurna sore ini.

Jujur saya berharap banyak dengan kelas bunda salihah ini bisa menjadi dauroh habit yang mengubah karakter saya menjadi sesuai dengan nama kelas ini. Insyaallah. Aamiin ya Rabb. Bibarkati fatihah, semoga madad (pemberian), siir (rahasia), dan futuh (rahasia) dari Allah. Saya bisa mendapat hidayah yang menjadikan istiqomah setelah kelas bunda salihah yang qodarullah berbarengan dengan dowra online Dar Zahra ke 27 dari para asatizah dan teman-teman sekelas yang masyaallah sudah salihah semua kecuali saya sendiri. Kabulkan ya Rabb. Aamiin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masterminds dan False Celebration