Assalamualaikum ibu-ibu pembelajar...
Alhamdulillah kelas buncek sudah merayakan lebaran duluan. Unik yah. Karena kelas kepompong sudah selesai puasa satu bulan untuk kebiasaan buruk. Di minggu ke empat ini saya puasa dari blast (boring, lonely, anger, stress, and tired) anak.
Beberapa hal yang saya lakukan agar anak tidak bosan di rumah aja:
1. Selalu membiasakan bangun pagi dan tidur sebelum jam 9 malam
2. Taat waktu olahraga, belajar, dan bermain
3. Mendorong kemandirian makan, mandi, berpakaian, jajan sendiri
Pagi hari, anak beres dengan diri sendiri seperti sudah mandi dan sarapan. Kemudian olahraga dulu seperti naik sepeda atau sepatu roda. Selanjutnya belajar di rumah. Tapi namanya anak-anak ya kadang tidak sesuai jadwal. Seringkali maunya main dulu baru belajar. Saya bolehkan asal sudah belajar ngaji. Bisa loh si anak mengikuti peraturan.
Saat anak sedang main, mereka serius. Maka saya mundur, hanya melihat dari jauh. Sebisa mungkin tidak mengganggu apalagi menyela bahkan menghentikan tiba-tiba (seperti yang dilakukan ibu-ibu lainnya). Nanti anak jadi sedih, tidak semangat belajar. Mereka butuh ruang untuk bermain, biarkan hajat itu selesai sampai tuntas. Kita ingatkan saja soal waktu. Berapa lama waktu yang sehat untuk bermain bersama teman sebaya, bermain bersama gadget, dan nonton kartun. Masing-masing ada porsi menit tersendiri.
Jika anak lalai barulah kita boleh menyela, bahwa ada tugas lain yang belum dikerjakan. Jadi para ibu seolah bermain layang-layang. Kadang perlu diulur, kadang ditarik. Jangan ditarik terus si anak nanti tidak bisa terbang tinggi.
Saat si anak lelah bermain di luar dan merasa bosan. Inilah waktu yang tepat untuk para ibu berhenti dengan segala macam pekerjaan. Si anak sedang minta diperhatikan. Si ibu bisa masuk dengan kisah dan nasihat untuk menyentuh jiwa anak. Ajak anak untuk mendengar kisah teladan nabi dan orang shalih. Atau bisa evaluasi tentang kesalahan di hari kemarin. Tentu dengan bahasa dan cara menasihati yang paling baik. Satu caranya adalah memaafkan terlebih dahulu sebelum anak meminta maaf. Jika masih ada amarah sebaiknya hindari menasihati sebab nanti nasihatnya tidak sampai ke hati.
Jurnal Week 4 Kelas Kepompong Bunda Cekatan - Institut Ibu Profesional
#jurnalpuasaminggu4
Jumat, 24 April 2020
Jumat, 17 April 2020
Jurnal Week 3 Puasa Ngaret kelas kepompong
Assalamualaikum ibu-ibu pembelajar...
Minggu ketiga dari kelas kepompong. Alhamdulillah. Makin dekat waktu untuk menjadi kupu-kupu indah. Wah berarti sudah tiga minggu saya menjalani tirakat puasa. Pertama, puasa medsos sampai sekarang masih berjalan konsisten. Kedua, puasa begadang demi anak sampai sekarang juga lancar sebelum jam 9 malam sudah masuk kamar tidur. Lalu sekarang puasa ngaret hasilnya masih belum maksimal.
Puasa ngaret ini agak berat. Tapi sangat menantang. Sebelumnya tidak ada rutinitas wajib, sekarang semua jadi serba terjadwal rapi. Biasanya pagi, anak bebas mau main. Sekarang mereka harus olahraga dulu kemudian homeschooling gara-gara korona.
Si sulung senang sekali dengan homeschooling. Setelah beberes pagi dan sarapan, dia olah fisik seperti naik sepeda, sepak bola, lari-lari, dan ada tambahan belajar sepatu roda. Kemudian lanjut ngaji dan mengerjakan tugas dari sekolah. Variasi tugas dari guru bermacam-macam seperti menggambar, mewarna, menulis, menghitung, menggunting, menempel, dan menghafal doa serta hadis. Malam habis magrib video call murojaah dengan guru ngaji dan mengirim video hafalan ke para guru dan kakek nenek di Mojokerto.
Hikmah dari homeschooling ini banyak sekali. Selain si anak menikmati waktu kedekatan dengan ibunya di rumah. Si ibu juga belajar mengatur waktu untuk memastikan tugas-tugas yang bejibun itu selesai dengan sempurna dan tepat waktu. Besok hari Sabtu waktunya mengumpulkan tugas ke sekolah jam 7.30-9.00. Jadi seminggu sekali tugas-tugas dinilai kemudian dibawa pulang ke rumah lagi untuk dikerjakan.
Terdengar sangat sibuk? Iya sih. Memang padat dan bergizi. Sekitar jam 12 siang si kakak bisa istirahat. Biasanya dia main mobil-mobilan, kejar-kejaran dengan adiknya, nonton film favorit seperti paw patrol, pocoyo, tank war, story bots, peppa pig, dan channel youtube-nya sendiri super roshan.
Kapan dong waktu untuk bikin konten youtube? Sebisanya saja. Seringkali tingkah pola anak ada yang bagus untuk di video. Spontan saat itu juga saya rekam. Jadilah konten untuk youtube. Yah sesederhana itu. Syukur channel si adik Rubichan Kids sudah mencapai 1000 subscriber pertama setelah 9 bulan upload pertama kali. Semoga channel kakaknya segera menyusul juga.
Asal konsisten, puasa ngaret ini bisa terus jalan. Hasil memang tidak ditentukan usaha. Tapi hasil selalu setia dengan usaha. Tidak perlu berpikir yang muluk-muluk. Cukup terus berusaha, berjalan dengan pernuh keyakinan dan ketenangan. Nanti akan datang rezeki yang telah dijanjikan. Saya tanamkan pada anak-anak bahwa hidup ini bukan mencari kepuasan, melainkan ketenangan. Dengan jiwa yang tenang kami akan kembali ke jalanNya. InsyaAllah.
#jurnalpuasaminggu3
#janganlupabahagia
#materi1
#kelaskepompong
#bundacekatan
#buncekIIP
#Institutibuprofesional
Minggu ketiga dari kelas kepompong. Alhamdulillah. Makin dekat waktu untuk menjadi kupu-kupu indah. Wah berarti sudah tiga minggu saya menjalani tirakat puasa. Pertama, puasa medsos sampai sekarang masih berjalan konsisten. Kedua, puasa begadang demi anak sampai sekarang juga lancar sebelum jam 9 malam sudah masuk kamar tidur. Lalu sekarang puasa ngaret hasilnya masih belum maksimal.
Puasa ngaret ini agak berat. Tapi sangat menantang. Sebelumnya tidak ada rutinitas wajib, sekarang semua jadi serba terjadwal rapi. Biasanya pagi, anak bebas mau main. Sekarang mereka harus olahraga dulu kemudian homeschooling gara-gara korona.
Si sulung senang sekali dengan homeschooling. Setelah beberes pagi dan sarapan, dia olah fisik seperti naik sepeda, sepak bola, lari-lari, dan ada tambahan belajar sepatu roda. Kemudian lanjut ngaji dan mengerjakan tugas dari sekolah. Variasi tugas dari guru bermacam-macam seperti menggambar, mewarna, menulis, menghitung, menggunting, menempel, dan menghafal doa serta hadis. Malam habis magrib video call murojaah dengan guru ngaji dan mengirim video hafalan ke para guru dan kakek nenek di Mojokerto.
Hikmah dari homeschooling ini banyak sekali. Selain si anak menikmati waktu kedekatan dengan ibunya di rumah. Si ibu juga belajar mengatur waktu untuk memastikan tugas-tugas yang bejibun itu selesai dengan sempurna dan tepat waktu. Besok hari Sabtu waktunya mengumpulkan tugas ke sekolah jam 7.30-9.00. Jadi seminggu sekali tugas-tugas dinilai kemudian dibawa pulang ke rumah lagi untuk dikerjakan.
Terdengar sangat sibuk? Iya sih. Memang padat dan bergizi. Sekitar jam 12 siang si kakak bisa istirahat. Biasanya dia main mobil-mobilan, kejar-kejaran dengan adiknya, nonton film favorit seperti paw patrol, pocoyo, tank war, story bots, peppa pig, dan channel youtube-nya sendiri super roshan.
Kapan dong waktu untuk bikin konten youtube? Sebisanya saja. Seringkali tingkah pola anak ada yang bagus untuk di video. Spontan saat itu juga saya rekam. Jadilah konten untuk youtube. Yah sesederhana itu. Syukur channel si adik Rubichan Kids sudah mencapai 1000 subscriber pertama setelah 9 bulan upload pertama kali. Semoga channel kakaknya segera menyusul juga.
Asal konsisten, puasa ngaret ini bisa terus jalan. Hasil memang tidak ditentukan usaha. Tapi hasil selalu setia dengan usaha. Tidak perlu berpikir yang muluk-muluk. Cukup terus berusaha, berjalan dengan pernuh keyakinan dan ketenangan. Nanti akan datang rezeki yang telah dijanjikan. Saya tanamkan pada anak-anak bahwa hidup ini bukan mencari kepuasan, melainkan ketenangan. Dengan jiwa yang tenang kami akan kembali ke jalanNya. InsyaAllah.
#jurnalpuasaminggu3
#janganlupabahagia
#materi1
#kelaskepompong
#bundacekatan
#buncekIIP
#Institutibuprofesional
Senin, 06 April 2020
Puasa Week 2 Buncek Kepompong - Titik penyadaran
Assalamualaikum ibu-ibu pembelajar...
Sapaan saya tetap yah. Untuk ibu-ibu pembelajar. Kata ibu adalah penyadaran. Bahwa masa muda kita telah lewat. Saat ini kita adalah seorang ibu. Dilihat, didengar, dicontoh, ditiru secara gamblang oleh anak-anak kita. Mereka tak punya daya untuk menyaring mana baik buruk. Segala yang dilakukan ibunya adalah inspirasi mereka.
Oh para ibu. Sadarilah peran ini sangat berat. Bersungguh-sungguh saat anak masih kecil. Berletih-letih di masa kanak-kanak mereka. Lebih mudah. Dari pada nanti mereka sudah besar, tidak bisa diarahkan. Justru pertarungan hebat terjadi saat mereka masih di bawah 7 tahun. Investasikan waktumu untuk mengasuh mereka dengan totalitas perjuangan.
Nanti apa yang kita tanam selama masa kecilnya. InsyaAllah akan kita tuai saat mereka dewasa. Lalu apa saja yang telah kita tanamkan pada jiwa anak kita? Sudahkah sesuai tuntunan Ilahi. Atau sebatas kata ahli.
Sungguh merugi jika menggunakan standar selain Islam. Cita-cita anak hanya akan sebatas segala yang sementara. Bukankah kita akan segera pergi pulang ke negeri akhirat? Hujamkan cita-cita anak tentang keabadian yang dijanjikan Allah. Dialah yang menitipkan anak kepada kita. Serta segala yang kita miliki saat ini. Cuma titipan. Nanti akan dikembalikan baik secara sukarela maupun terpaksa. Dialah yang Maha Memaksakan Kehendak. Tidak ada yang berhak menanyakan "Mengapa ini terjadi padaku?". Terima. Akui diri hanya hamba yang mengikuti kurikulum pendidikan dariNya. Jawaban mengapa suatu hal terjadi padamu adalah... jelas. Sebab Allah menginginkan itu terjadi padamu. Sudah tertulis di lauh mahfudz. Jauh sebelum dunia ini dicipta. Tugas kita hanya berbuat yang terbaik, hasil ditentukan olehNya.
Saya sendiri merasa, musibah adalah petunjuk. Bahwa tidak ada yang pantas diharap di dunia ini. Semuanya melelahkan, mengecewakan. Jauh nyata dari harap. Semakin besar cobaan, semakin besar pula muak pada dunia. Berapa lama lagi aku harus tinggal Ya Rabb?
Bahagia hanya sekejab. Sakit, lelah, sepi berlangsung setiap nafas. Hanya cahayaMu yang membuat saya bisa bertahan sampai detik ini. Namun saat membaca kisah para orang-orang shalih dalam kitab. Betapa ujian yang saya hadapi tak ada secuil pun dari mereka yang mulia. Para nabi dan rasul, serta keluarga dan sahabatnya adalah penawar. Obat dari segala kegusaran hati. Teladan akhlak dalam menyikapi semua persoalan yang kecil ini.
Baiklah, puasa week 2 kelas kepompong saya adalah begadang. Alhamdulillah lumayan berhasil menidurkan anak-anak di bawah jam 9 malam. Sehingga mereka bisa bangun sekitar jam 6 pagi. Kemudian belajar di rumah sampai siang. Lalu bermain bebas sampai sore waktunya video call dengan guru ngaji.
Rupanya banyak juga lho walimurid yang mengabaikan tugas-tugas dari sekolah. Kata bu guru, beberapa anak tidak mengumpulkan tugas. Orangtuanya juga tidak ada respon. Oh malangnya anak itu. Orangtuanya melalaikan pendidikan anaknya. Mungkin mereka hanya ingin menyerahkan kepintaran anak ke sekolah. Tak ada urusan orangtua mengajar apalagi membantu anak membuat tugas yang seabrek banyaknya.
Serius. Selama pandemik ini, tugas dari sekolah lebih banyak dari biasanya. Tugas orangtua jadi dobel-dobel. Biasanya mengurus pekerjaan, eh sekarang jadi mengurus tugas anak pula. Bayangkan yang punya 3 orang anak. Maka ada 3 tugas yang harus dikirim ke guru yang berbeda, setiap hari. Beratnya. Alhamdulillah anak saya cuma 1 yang sudah sekolah. Walau baru kelas TK B, ada lebih dari 1 tugas harian. Sebetulnya mudah jika yang mengerjakan ibunya. Tapi anak harus mengerjakan sendiri kan. Itu tanggung jawabnya dari sekolah. Nah jika ada yang masih meremehkan tugas ibu di rumah. Cobalah mereka itu merasakannya terlebih dahulu. Berat dan akan lebih berat jika dijalani bukan untuk ibadah menggapai ridho Allah.
Sapaan saya tetap yah. Untuk ibu-ibu pembelajar. Kata ibu adalah penyadaran. Bahwa masa muda kita telah lewat. Saat ini kita adalah seorang ibu. Dilihat, didengar, dicontoh, ditiru secara gamblang oleh anak-anak kita. Mereka tak punya daya untuk menyaring mana baik buruk. Segala yang dilakukan ibunya adalah inspirasi mereka.
Oh para ibu. Sadarilah peran ini sangat berat. Bersungguh-sungguh saat anak masih kecil. Berletih-letih di masa kanak-kanak mereka. Lebih mudah. Dari pada nanti mereka sudah besar, tidak bisa diarahkan. Justru pertarungan hebat terjadi saat mereka masih di bawah 7 tahun. Investasikan waktumu untuk mengasuh mereka dengan totalitas perjuangan.
Nanti apa yang kita tanam selama masa kecilnya. InsyaAllah akan kita tuai saat mereka dewasa. Lalu apa saja yang telah kita tanamkan pada jiwa anak kita? Sudahkah sesuai tuntunan Ilahi. Atau sebatas kata ahli.
Sungguh merugi jika menggunakan standar selain Islam. Cita-cita anak hanya akan sebatas segala yang sementara. Bukankah kita akan segera pergi pulang ke negeri akhirat? Hujamkan cita-cita anak tentang keabadian yang dijanjikan Allah. Dialah yang menitipkan anak kepada kita. Serta segala yang kita miliki saat ini. Cuma titipan. Nanti akan dikembalikan baik secara sukarela maupun terpaksa. Dialah yang Maha Memaksakan Kehendak. Tidak ada yang berhak menanyakan "Mengapa ini terjadi padaku?". Terima. Akui diri hanya hamba yang mengikuti kurikulum pendidikan dariNya. Jawaban mengapa suatu hal terjadi padamu adalah... jelas. Sebab Allah menginginkan itu terjadi padamu. Sudah tertulis di lauh mahfudz. Jauh sebelum dunia ini dicipta. Tugas kita hanya berbuat yang terbaik, hasil ditentukan olehNya.
Saya sendiri merasa, musibah adalah petunjuk. Bahwa tidak ada yang pantas diharap di dunia ini. Semuanya melelahkan, mengecewakan. Jauh nyata dari harap. Semakin besar cobaan, semakin besar pula muak pada dunia. Berapa lama lagi aku harus tinggal Ya Rabb?
Bahagia hanya sekejab. Sakit, lelah, sepi berlangsung setiap nafas. Hanya cahayaMu yang membuat saya bisa bertahan sampai detik ini. Namun saat membaca kisah para orang-orang shalih dalam kitab. Betapa ujian yang saya hadapi tak ada secuil pun dari mereka yang mulia. Para nabi dan rasul, serta keluarga dan sahabatnya adalah penawar. Obat dari segala kegusaran hati. Teladan akhlak dalam menyikapi semua persoalan yang kecil ini.
Baiklah, puasa week 2 kelas kepompong saya adalah begadang. Alhamdulillah lumayan berhasil menidurkan anak-anak di bawah jam 9 malam. Sehingga mereka bisa bangun sekitar jam 6 pagi. Kemudian belajar di rumah sampai siang. Lalu bermain bebas sampai sore waktunya video call dengan guru ngaji.
Rupanya banyak juga lho walimurid yang mengabaikan tugas-tugas dari sekolah. Kata bu guru, beberapa anak tidak mengumpulkan tugas. Orangtuanya juga tidak ada respon. Oh malangnya anak itu. Orangtuanya melalaikan pendidikan anaknya. Mungkin mereka hanya ingin menyerahkan kepintaran anak ke sekolah. Tak ada urusan orangtua mengajar apalagi membantu anak membuat tugas yang seabrek banyaknya.
Serius. Selama pandemik ini, tugas dari sekolah lebih banyak dari biasanya. Tugas orangtua jadi dobel-dobel. Biasanya mengurus pekerjaan, eh sekarang jadi mengurus tugas anak pula. Bayangkan yang punya 3 orang anak. Maka ada 3 tugas yang harus dikirim ke guru yang berbeda, setiap hari. Beratnya. Alhamdulillah anak saya cuma 1 yang sudah sekolah. Walau baru kelas TK B, ada lebih dari 1 tugas harian. Sebetulnya mudah jika yang mengerjakan ibunya. Tapi anak harus mengerjakan sendiri kan. Itu tanggung jawabnya dari sekolah. Nah jika ada yang masih meremehkan tugas ibu di rumah. Cobalah mereka itu merasakannya terlebih dahulu. Berat dan akan lebih berat jika dijalani bukan untuk ibadah menggapai ridho Allah.
#janganlupabahagia
#jurnalpuasamingguke2
#materi1
#kelaskepomponh
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Assalamualaikum bunda produktif nan shalihah.. Dua minggu ini saya sangat produktif belajar di 2 passion yang sangat menguras waktu. Yakni p...
-
Assalamualaikum bunda produktif... Alhamdulillah setelah mendengar banyak peserta berguguran. Kali ini kita bisa saling menguatkan lagi. Le...
-
Assalamualaikum bunda salihah Apa kabar nih? Alhamdulillah hari ini saya bisa mengerjakan jurnal ketiga dari project di kelas bunda salihah....